“Ooh…lagu ini ternyata yang nyanyi The Chainsmokers toh ??”. Begitu kata Lea, mantan pacar yang kini jadi istriku. Ucapan spontan tersebut disampaikan tanpa dosa. Dia tengah mendengarkan Don’t Let Me Down di gelombang radio Prambors yang kami setel di mobil.
Seminggu sebelumnya, kami menonton konser The Chainsmokers di Jakarta. Dia ikut bergoyang saat lagu yang akrab di telinganya tersebut dibawakan.
Lea, istriku satu-satunya adalah penikmat musik sejati. Cuma ya itu, kadang dia bisa bernyanyi tanpa peduli judul lagu dan siapa musisinya. Playlist di ponselnya lebih banyak berisi lagu-lagu jadul.
Sedangkan saya, meski nggak suka clubbing, senang dengan Electronic Dance Music (EDM). Sejak single Clarity milik Zedd featuring Foxes meledak sekitar 5 tahun lalu, musik-musik dansa selalu saya dengarkan dimanapun.
Beda dengan dulu, para Disc Jockey (DJ) zaman now tak hanya meracik musik elektronik di turntable. Mereka juga menulis lirik dan mengajak penyanyi untuk berkarya. DJ-DJ ini ingin musiknya tak hanya untuk mengiringi berdansa, tapi juga dinyanyiin. Dinikmati di berbagai kesempatan dan suasana. Hampir semua DJ menerapkan formula ini. Martin Garrix menggandeng Dua Lipa, Calvin Harris membuat karya dengan Rihanna, Marshmello dan Anne Marie, serta mendiang Avicii mengajak Rita Ora.
The Chainsmokers melakukan hal yang sama. Bedanya, duo DJ asal Amerika Serikat ini lebih suka mengajak penyanyi pendatang baru. Alex Pall dan Andrew Taggart menggandeng Daya di lagu Don’t Let Me Down, featuring Halsey di Closer, bersama ROZES di tembang Roses, hingga dengan Phoebe Ryan di All We Know. Tentu setelahnya, nama-nama newcomer tadi langsung melejit seiring meledaknya single yang dibawakan. Gong nya, duo peraih Grammy Awards ini mengajak Coldplay di lagu Something Just Like This.
Karena ngefans dengan The Chainsmokers, meski tak suka main ke klub malem, saya langsung antusias saat tahu Alex dan Andrew bakal tampil di Jakarta. Namun tak seru jika nonton sendiri. Saya pun merayu Lea untuk menemani. “Tapi, aku kan nggak tahu lagu-lagunya, nanti di konser nggak bisa ikut nyanyi,” protesnya.
Saya pun memberikan argumentasi. “Menonton konser kelas dunia, nggak cuma musiknya yang bisa dinikmati. Tata panggung, pencahayaan, dan atmosfer konser pasti nggak akan mengecewakan,”. Aku merayunya. Sebagai istri yang baik, dia pun menurut. Meski konser baru digelar Maret, kami sudah membooking 2 tiket GA Fan Pit sejak Januari.
Singkat cerita, kami sudah berada di JI Expo Kemayoran, Jumat, 30 Maret 2018, sore. Konser di Jakarta merupakan penutup tur Asia grup pemilik single Inside Out tersebut. Sebelumnya mereka tampil di Hongkong.
Di venue, DJ Jenja sudah tampil jadi pembuka acara. Namun para penonton masih ogah-ogahan masuk. Mereka sebagian besar anak-anak EDM sejati. Para partygoers dengan dandanan terkini. Beberapa fans datang menggunakan kaos bertuliskan The Chainsmokers.
Sekitar pukul 18.00 antrean di gerbang masuk mulai mengular. Setelah melewati scanning tiket, diperiksa barang bawaan, dan sedikit diraba-raba oleh petugas, kami pun masuk.
Usai DJ Jenja turun, Weird Genius gantian tampil sebagai pembuka. Grup yang terdiri dari Eka Gustiwana, Reza “Arap” Oktovian, dan Billy Taner ini menyajikan lagu-lagu mereka yang terkenal lewat youtube. Single DPS, Big Bang, hingga Sweet Scar yang dibawakan bareng Prince Husein cukup memanaskan suasana.
Setengah jam Weird Genius tampil, Alffy Rev ganti menguasai panggung. DJ satu ini dikenal dengan lagu-lagu daerah dan lagu perjuangan yang di remix. Maka, meluncurlah Gundul-Gundul Pacul, Ilir-ilir, hingga Indonesia Pusaka dalam irama EDM.
Selanjutnya, Dipha Barus. DJ Syariah ini tampil maksimal. Hampir seluruh hits miliknya dibawakan. Lengkap bersama para penyanyi-penyanyi cewek yang diajaknya bekerjasama. Ada Nadin yang menyanyikan All Good, dan Kallula dengan No One Can Stop Us. Dia juga meremix tembang Bento milik Iwan Fals dan Salah dari Potret.
Yang istimewa, dia melaunching single barunya. “Tepat di malam ini, gue baru aja keluarin single baru. Gue panggil temen gue Monica Karina,”. Maka, single Money Honey yang easy listening pertama kali ditampilkan malam itu. Sungguh strategi yang cukup jitu.
Usai Dipha Barus turun panggung pukul 21.10, sebagian penonton memilih duduk lesehan untuk melemaskan otot. Pihak penyelenggara konser merilis, malam itu ada sekitar 15 ribu penonton yang memadati JI Expo. Saya dan Lea memilih tak bergeser dari tempat berdiri. Jeda tersebut cukup lama. Lampu panggung menyala terang dan sound system memutar rekaman lagu-lagu EDM.
Penonton mulai tak sabar dan meneriakkan nama The Chainsmokers. Sekumpulan anak muda disamping saya memulai pesta dengan mimik-mimik, lengkap dengan kata-kata “cheers”. Layaknya berselebrasi, botol-botol plastik tersebut diangkat tinggi sebelum meminumnya. Minuman keras memang dijual secara legal di beberapa booth konser. Saya sendiri tetap setia dengan Fruit Tea yang sejak awal konser berada di kantong celana.
Tepat pukul 22.00, pertunjukan yang sebenarnya dimulai. Lampu panggung yang semula menyala terang, tiba-tiba padam. Gelap gulita. Musik pun berhenti. Sejenak kemudian, intro Sick Boy terdengar. Lampu panggung menyala terang. Menyilaukan. Penonton berteriak girang. Suara dentuman bass dari sound system berkekuatan tinggi cukup terasa di gendang telinga. Volumenya dua kali lipat dari musik yang mengiringi DJ-DJ pembuka tadi. Saya yang berdiri sekitar 15 meter dari bibir panggung terhenyak.
Sejurus kemudian, tampak Alex Pall naik ke meja turntable. Sementara Andrew Taggart berada di bawahnya meracik musik elektronik. Background panggung dan bagian depan meja turntable dipenuhi LED yang menampilkan berbagai efek visual memukau.
“Jakarta, put your hands up !! We are The Chainsmokers,” kata Alex yang langsung disambut histeria penonton. Tanpa dikomando, ponsel-ponsel penonton teracung keatas merekam aksi duo peraih Best Dance Recording pada Grammy Awards 2017 tersebut. Intro Sick Boy tersebut langsung disambung dengan Everybody Hates Me.
Berikutnya, nomor Inside Out, Dont Let Me Down, Roses, dan Break Up Every Night dibawakan berurutan. Saat Roses dibawakan, hamburan confetti berjatuhan ke tengah penonton. Para partygoers terbawa suasana. Mereka bergoyang, jingkrak-jingkrak, kadang melantunkan lirik lagu. Saya dan Lea yang tak terbiasa clubbing jadi kagok. Mau bergoyang agak canggung. Mau jingkrak-jingkrak lepas, malu. Saya memilih goyang-goyang kecil sambil menyanyikan lirik.
Di tengah pertunjukan, The Chainsmokers membawakan tembang remix milik beberapa musisi lain. Seperti Love Yourself (Justin Bieber), We Will Rock You (Queen), Habits (Stay High) (Tove Lo), Zombie (The Cranberries), Last Resort (Papa Roach), When You Were Young (The Killers), hingga God’s Plan (Drake). Sesekali volume musik mereka matikan untuk mendengar koor penonton.
Alex Pall dan Drew Taggart kembali menghentak dengan Paris. Koor penonton kembali terdengar kompak saat Drew mengkomando untuk bernyanyi bersama. Terutama di bagian reff.
If we go down then we go down together
They’ll say you could do anything
They’ll say that I was clever
If we go down then we go down together
We’ll get away with everything
Let’s show them we are better
“So good to be back to Indonesia. We love you guys,” teriak Andrew membalas antusiasme penonton.
Tembang All We Know melanjutkan pesta malam itu. Pada single Something Just Like This, Andrew menggantikan vokal yang biasa dibawakan vokalis Coldplay, Chris Martin. Lagu kolaborasi itu pun disambut dengan hangat. Koor panjang kembali terdengar.
But she said, where’d you wanna go?
How much you wanna risk?
I’m not looking for somebody
With some superhuman gifts
Some superhero
Some fairytale bliss
Just something I can turn to
Somebody I can kiss
I want something just like this
Sepanjang penampilan selama sekitar 1,5 jam tersebut, penonton dimanjakan dengan aksi panggung kelas dunia. Tak hanya dari artis utama. Tapi juga dari tata cahaya, tata panggung, dan efek visual yang diciptakan. Belum lagi semburan api di bibir panggung yang terasa panasnya dari tempat saya berdiri. Juga semburan gun smoke dan hujan confetti.
Single Sick Boy kembali dibawakan secara utuh. Setelah itu lampu dipadamkan dan Andrew serta Alex turun panggung. Pertunjukan berakhir? Oh tentu tidak. Saya yang belum melihat semburan confetti dan pesta kembang api sudah menduga ini bagian dari skenario.
Berikutnya, teriakan klasik “we want more” dari penonton menggema berulang-ulang. Seperti sudah ditebak, tiba-tiba Andrew muncul dengan mikrofonnya dan menyanyikan refrain lagu Closer tanpa iringan musik.
So baby pull me closer in the backseat of your Rover
That I know you can’t afford
Bite that tattoo on your shoulder
Pull the sheets right off the corner
Of the mattress that you stole
From your roommate back in Boulder
We ain’t ever getting older
Setelah disambut meriah, lagu lantas dibawakan secara lengkap. Dan pesta malam itu benar-benar diakhiri dengan lontaran kembang api, semburan confetti berwarna putih, serta semprotan asap di panggung. “Jakarta We Are The Chainsmoker and You’re Amazing, Thank You”. Teriakan Andrew Taggart tersebut menjadi penutup konser.
Meski konser berlangsung meriah, namun janji penyelenggara menampilkan The Chainsmokers secara full band tak terbukti. Full band berarti duo tersebut tak hanya memainkan DJ Set. Di beberapa konsernya, The Chainsmokers memang membawa sejumlah musisi untuk bermain drum, gitar, dan alat musik lainnya. Bahkan terkadang Drew ikut bermain gitar. Namun agaknya para penonton tak peduli. Bertemu dan menyaksikan aksi idolanya saja, mereka sudah senang. (*)
#thechainsmokers #thechainsmokersjakarta #thechainsmokersjkt #konserthechainsmokers
Tinggalkan Balasan