Mengisi Waktu Transit di Singapore

Singapore bukanlah tujuan kami jika penerbangan yang saya dan istri tumpangi tidak transit di bandara Changi. Maklum, karena naik penerbangan murah, perjalanan dari Ho Chi Minh City, Vietnam ke Semarang harus ditempuh dengan berganti-ganti pesawat hehehe...Rutenya, Ho Chi Minh City – Singapore – Jakarta – Semarang.

Waktu transit di Singapura pun tak tanggung-tanggung. 20 jam ! Datang siang hari dan baru terbang keesokan paginya. Dan…penerbangan transit ini membawa kami ke Negeri Singa untuk pertama kali. Kesempatan ini pun tak kami sia-siakan. Kami memilih pergi dari bandara Changi yang canggih dan fasilitasnya lengkap itu untuk city tour.

Dari buku traveling yang saya baca, kami mencoba mencari fasilitas free city tour dari bandara. Namun mbak customer service bandara menyatakan tidak ada city tour gratis di negara jiran itu. Yah, mungkin fasilitas tersebut sudah tidak diberlakukan lagi.

Kami lantas mencari taksi untuk menuju kota. Kesan yang saya dapat, sebagian besar sopir taksi di negara berjuluk “The Fine City” ini ramah. Mereka tak segan mengajak ngobrol sekaligus menjadi pemandu. Oh ya, taksi di Singapura dibagi dua. Taksi kelas biasa (biasanya memakai mobil keluaran Jepang berwarna cerah) dan kelas premium (menggunakan mobil buatan Jerman dengan warna hitam atau silver). Tarifnya, tentu beda. Namun keduanya relatif mahal sih. Tarif tambahan juga akan dikenakan jika kita menggunakan jasa taksi saat peak hour.

Karena lapar, tujuan pertama kali adalah hawker centre, seperti pujasera yang banyak berada disana. Saya langsung tertarik dengan menu nasi biryani India dan teh tarik panas ! Setelah kenyang, kami langsung menuju Backpackers Inn Chinatown di Mosque Street. Niatnya sih menyewa loker untuk nitip ransel kami yang besar dan berat. Namun pemilik penginapan mewajibkan kami menginap untuk menyimpan tas. Alhasil kami menyewa 2 tempat tidur di dormitory hanya untuk titip ransel.

Dengan pedestrian yang luas dan nyaman, negara kota yang kecil ini membuat kita nyaman jalan kaki kemana-mana. Kami pun memillih jalan santai dan sesekali naik taksi untuk berkeliling. Berikut destinasi yang kami kunjungi :

– Masjid Jamae (Chulia)

Letaknya di kawasan Pecinan. Masjid dengan bangunan bergaya Melayu ini tak hanya tempat ibadah. Di dalamnya penuh edukasi yang diberikan melalui poster-poster yang dipasang. Pengelola mewajibkan pengunjung berbusana sopan saat masuk Masjid. Jika memakai celana pendek, pengelola akan meminjamkan pakaian seperti jubah bagi wisatawan.

Masjid Jamae Chulia di Chinatown

Becak di Singapore

– Sri Maha Mariamman Temple

Kuil Hindu ini letaknya bersebelahan dengan Masjid Jamae. Ornamen luarnya ala India dengan dominasi warna biru. Banyak didatangi wisatawan yang tertarik melihat ritual di kuil.

Ornamen di dinding Sri Maha Mariamman Temple

– Chinatown

Disini banyak stan pedagang yang berjualan berbagai pernak-pernik khas seperti topeng, magnet kulkas, suvenir, dan lainnya. Dekorasi di jalan-jalan cukup meriah, penuh lampion dan aksesoris lainnya. Kita juga bisa melihat gedung-gedung kuno yang masih terawat baik dan dicat warna-warni.

Penuh Lampion

Bangunan kuno di Chinatown masih terawat baik

– Buddha Tooth Relic Temple and Museum

Museum dan Kuil Relik Gigi Sang Buddha, letaknya di dalam Chinatown. Bangunan 4 lantai ini didominasi warna merah dan emas. Di lantai satu ada Patung Bodhisattva Avalokitesvara di atas tahta teratai. Wisatawan juga bisa melihat langsung dan memotret aktivitas ibadah di dalamnya.

Berdoa di Buddha Tooth Relic Temple and Museum

Aktivitas ibadah yang bisa disaksikan wisatawan

Biksu Buddha memimpin ibadah

– Little India

Tidak ada atraksi khusus disini. Niat saya datang karena ingin hunting foto dan suka dengan atmosfer yang ada. Disini banyak restoran India yang tentu saja dimasak oleh orang India asli, bahkan ada yang menjual Nasi Padang ! Jika ingin berbelanja, ada Mustafa Center, mal yang buka 24 jam. Banyak kafe tempat nongkrong. Kita juga bisa melihat budaya India yang kuat.

Membuat roti prata

Umat Hindu beribadah di Kuil Sri Veeramakaliamman

Kental budaya India

Garden by The Bay
Taman raksasa buatan. Alamatnya di 18 Marina Gardens Drive. Koleksinya sekitar 250 ribu tanaman langka. Saran saya, berkunjunglah saat petang atau malam. Sebab lampu-lampu di Supertree Grove akan menyala warna-warni dan terlihat indah. Naik ke OCBC Skyway, jembatan yang panjangnya 128 meter juga akan menjadi pengalaman tersendiri. Disini kita bisa melihat kota Singapura dengan view 360 derajat.

Garden by The Bay di siang hari

Jalan-jalan diatas OCBC Skyway

Lebih bagus di malam hari

– Cloud Forest
Lokasinya masih di kompleks Gardens By The Bay. Karena mepetnya waktu dan sudah malam, kami memilih melewatkan masuk ke Flower Dome dan ke Cloud Forest. Di dalamnya ada berbagai koleksi tanaman dan air terjun buatan setinggi 35 meter. Cocok untuk wisata edukasi.

Jembatan di Cloud Forest

– Jalan-jalan di Marina Bay
Dari kawasan Gardens by The Bay, cukup jalan kaki untuk menuju Teluk Marina ini. Banyak bangunan ikonik di kawasan ini. Seperti Marina Bay Sands, Esplanade Theater on The Bay, Helix Bridge, dan Art & Science Museum.

Gedung Art and Science Museum yang ikonik

Bersantai di Helix Bridge

– Night Safari Singapore
Kebun binatang ini menawarkan atraksi kehidupan satwa di malam hari. Atraksi diawali The Creatures of The Night Show di teater terbuka. Dilanjutkan dengan Night Safari menggunakan kereta khusus untuk melihat koleksi binatang di habitatnya masing-masing.

Itu tadi sejumlah destinasi di Singapura yang kami kunjungi untuk mengisi waktu transit. Singapura dengan tata kota yang apik dan semua serba teratur selalu memberikan kesan bagi yang berkunjung. Suatu saat kami pasti akan datang lagi karena masih banyak destinasi yang belum didatangi. Salam.

Ricky Fitriyanto

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Ricky Fitriyanto

Reader Interactions

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan